senirupa

Wednesday, August 17, 2011

kemerdekaan warung kopi bukan sekedar janji

dari kiri ke kana:Reza, Ade, Iqbal. Fuadi

tmungkin begini dahulu para bapak bangsa sering kumpul membahas gerakan revolusi mereka. tanpa sesuatu apapun yang kita sebut sekarang sebagai teknologi digital super mutakhir semacam laptop atau jaringan internet. mereka mungkin ditemani segelas kopi dan rokok kretek. sementara kami haha..hihi di warungkopi sampai dini hari. membicarakan sesuatu dan membicarakan seseorang diantara kami untuk dikorbankan. hahahaha

sahuddin. memegang rencong peninggalan
  sahuddin. seorang mahasiswa yang sedang menimba ilmu di negeri orang sana; Malaya. jurusan psikologi anak berkebutuhan khusus. ia seseorang yang
periang dan jika anda mendengar suara ketika ia tertawa, anda akan segera teringat halilintar sekali sambar namun nyaring memekakkan. sahud ..oh sahud, kami akan tertawa lebar ketika ia dipojokkan di meja kupi.

reza dan ade.
Reza dan Ade kurniawan. dua punggawa warung kopi yang cukup terkenal di antara teman pecandu kopi. mereka adalah sobat dekat sahud yang sekali mereka keluarkan suara untuk sahud. sahud bagai berada di pojok ring. sementara lawannya, Tyson atau hollyfield.hahahha...semalam kami tak menyambut apa-apa. dan memelihara lupa atas kata 'merdeka'. entahlah, merdeka hanya kata. sementara kenyataan masih sama dengan masa penjajah belanda. dan anda harus tau warung kopi yang kami duduk semalam adalah rumah kayu peninggalan Belanda persis di kawasan Taman Sari Banda Aceh. saya menyelesaikan sketsa di sana. sambil nyeruput suasana khas penjajahan....hahahah.




tabik. 17 Agustus 2011