senirupa

Monday, January 6, 2014

Bunda Kutaradja



Bunda Kutaradja berkeringat ketika anak-anaknya menajamkan pandangan meminta perhatian. saling apatis menjadi komunikasi bunda dan anak.


Dari taman sari, Bunda Kutaradja biasa memimpin barisan besar untuk agenda syariat. Kami anak-anaknya termangu di warung kopi kehilangan kepercayaan. Bunda Kutaradja fasih benar melafazkan ayat Tuhan walau nampak hati-hati. Di panggung yang khusus diperuntukkan baginya, Bunda kami itu cakap benar. Dengan pesonanya, ia tebarkan harapan-harapan besar 5 tahunan. Kutaradja melayang terbuai.

Kadang, di mata bunda yang berbinar, kami temukan jejak yang amat politis pemaknaannya. Ia unggul dalam orasi, cakap meninabobokan.pesonanya mewangi hingga mengalahkan aroma apapun.

Yang kami ingat, selendangnya satu ketika pernah menyihir siapa saja. Bahkan desasdesus beredar mengalahkan sihir senja di Lhoknga. mengalahkan rayuan kupi pancong.

Di Kutaradja, kopi dan senja sama-sama bikin mabuk. Dalam kesempatan begitu, puisi kerap tak hadir mehoyongkan laju waktu di kutaradja yang makin bising. Bunda tau benar, makna hidup yang filosofis harus dibiarkan mendekam dalam buku-buku sekolah. Maka ia bersemangat sekali menjual ruang langit untuk pemasang iklan. Bunda gadaikan trotoar buat ditancapkan papan iklan. Bunda mengalah demi pendapatan. Bunda biarkan dealer sepeda motor menimbun bising dan macet ke dusun-dusun kami yang damai.

Bunda tau, dalam panik massal, warga butuh hiburan. Ia serahkan lahan kosong ditanami gedung untuk Mall pusat perbelanjaan. Bunda sedih ketika melihat lahan kosong.
Bunda Kutaraja terisak ketika diperdengarkan lagu  tentang ibu tiri. Meskipun orang tau ia tidak mudah hanyut hanya dengan syair-syair dan puisi kacangan. Seleranya bagus meskipun tak hebat-hebat benar.

Bivak Emperom 05122014