senirupa

Monday, December 30, 2013

Di Tepi Tahun dengan Dua Bandit

teror akhir tahun

Di tepi tahun, setelah berbulan-bulan membangun rumah tempat sama-sama ngorok menepis mimpi buruk. Di rumah itu, ketika dapur jarang menghasilkan santapan lezat, kita sama-sama makan ikan asin dan sambal teurasi atau, tak makan sama sekali. Rumah tetap  bercahaya meskipun dari bara rokok yang kita sedot dalam gelap. Kita habiskan berbungkus-bungkus rokok dalam hari murung dengan kantong kering. 

Di tepi tahun, di ketidakmurungan, laju hari tancap bagai pesawat tergesa-gesa meninggalkan kami dalam mabuk asap, mabuk janji, mabuk tahun baru dengan warna-warninya. Untuk menghindari mabuk-mabuk itu, kami menyingkir menjauh. dua bandit yang tiba-tiba jadi pahlawan mengacungkan pistol mainan sekedar menakut-nakuti. Bandit dari cerita lama yang beberapa tahun ini hadir kembali setelah diampuni dosa-dosanya. mereka berkerabat, datang dari dalam buku-buku silat masalalu untuk membangun kembali kerajaannya. mereka lembut dan cenderung Playboy. kelihatan cerdas namun tak dapat menyembunyikan ketololan moderennya. 

di tepi tahun, dengan pistol yang terus diacungkan, mereka menghadang kami. mulutnya komat-kamit membaca mantera kebal.

Di bawah tekanan hidup, kami makin menipis. Seungkak tak bisa bernafas. Tepi tahun kian menyempit untuk berdiri lama-lama. Antara bertahan atau melompat, atau didesak-desak agar melompat ke laut. Semua dimungkinkan. Yang tak dimungkinkan tentu meminta alasan. Ini dimaklumkan, di negeri serigala.

Meureudu. 27 Desember 2013