senirupa

Monday, December 30, 2013

sedikit tentang Toleransi

toleran. pencil on pappers
Toleransi di sana-sini didiskusikan, didebat, dipamerkan, dibuat jadi ajaran tokoh tertentu. Alasan kemanusiaan jadi faktor tunggal untuk itu. Pembela dan penolaknya saling adu argumen agar terlihat intelek, humanis, bahkan tampil beda dan berani.


Toleransi bisa saja mengepul di permukaan. kita tidak tahu bagaimana di kedalaman.  seorang Gus Dur yang didaulat sebagai tokoh toleransi terkini, tentu punya dasar argumentasi kuat untuk bersikap toleran sesama manusia lintas sektor. Kan Gus Dur bukan intelek 'taik gigi'.

Nah, bagi pengikut Gus Dur, alasan bersikap toleran mungkin bisa diterima selama tidak memaksa kita untuk ikut seperti keputusannya. Namanya juga toleran. "Untukmu pikiranmu, untukku pikiranku". Tidak ada pemaksaan untuk sikap hidup.
Pada tataran pengikut, makna Toleransi yang sampai pada mereka tidak utuh lagi tentu saja. Bisa jadi bertambah atau malah dikurangi.

bagaimana mati-matian memperdebatkan boleh tidaknya mengucapkan "selamat Natal", sementara, orang-orang nasrani sendiri gak butuh ucapan-ucapan begitu. ada tidaknya ucapan-ucapan demikian, tidak mengurangi khidmat malam 25 Desember. ini aneh. dan tambah membingungkan, ngakunya toleran, eh dengan tetangga kiri-kanan tidak saling kenal. tambah lagi aneh.

emperom bivak. 30 Desember 2013