senirupa

Saturday, January 4, 2014

Ketika Kompas di tangan Keledai

modal ludah.by geulanceng

Di kaki penguasa, seorang bandit dahulunya cuma bandit kampung yang hanya pusing-pusing dari lorong ke lorong. Kerjanya tak lebih tak kurang, hanya mencemoohkan lawan politik. Kau tau sendirilah, politik itu indah ketika kau berdamai dengan pemain-pemainnya.


Hmmm...ketika politik stabil di permukaan, bandit yang dulunya cuma pusing-putar dalam kampung, angkat kopor pulang ke kota. Membuka diri sambil menimbun kefatalan-kefatalan masa lalunya. Yaa..kau paham tentu saja, semua orang pernah berlebihan dalam menggunakan kemampuan intelektual dan spiritualnya.

Bandit yang intelek sebenarnya jauh mematikan dari bisa ular. Sifat licik dan timing kapan tiarap, kapan menyerang amat menentukan. Di kota, setelah berduet dengan sejawatnya yang sekian tahun tak bersua, si raja Jin, sebut saja demikian, membangun jaringan. Hei, ini bukan jaringan liberal atau jaringan teroris. Hal demikian itu terlalu wah buat duo pecundang. Jaringan yang mereka bangun memanjang hingga ke pagar istana. Meliuk-liuk bagai lidah penjilat bidang politik. mereka kini mendapat tempat spesial. digaji dan mempunyai jalur khusus memainkan peran di pemerintahan. merekalah pemimpin kita sejatinya. kau faham sendirilah, di tengah sekumpulan orang pandir, keledai berfungsi benar. sebagai penunjuk arah.