senirupa

Wednesday, January 15, 2014

Merebut Kembali Ruang Publik dari Sampah Visual

http://atjehlink.com/wp-content/uploads/2014/01/para-caleg-pohon.png


Pameran Senirupa jalanan paling masif tahun ini adalah eksebisi secara sporadis alat peraga konvensional kampanye caleg.
Sepanjang jalan yang kita lalui, mata kita disesaki aneka macam wajah. Dari yang bergaya relijius hingga liberal. Dari yang malu-malu hingga yang kepedean memenuhi bilik publik kita. Mata kita terjajah hingga secara politis kita kehilangan ruang mengistirahatkan pandangan.


bukan hanya itu, dengan tingkat rasa tak berdosa yang tinggi, alat peraga kampanye konvensional itu dipakukan begitu saja di tubuh pohon. namanya juga pohon, mereka hanya bisa diam. jika saja kita mengerti bahasa mereka, tentu lain ceritanya. 

kita telah kehilangan kuasa atas bilik publik. hal ini nyata terlihat dengan tidak adanya gerakan pencopotan alat peraga kampanye oleh Bawaslu, Satpol PP dan Perupa. Bawaslu dan Satpol PP akan bergerak manakala ada intruksi dari atasan. sementara, perupa yang mencintai estetika ruang dan artistika tata kota, bisa bergerak sendiri tanpa ada komando dari siapa pun. walau tetap berkoordinasi dengan dua lembaga pemerintah di atas.

tanggung jawab moral para perupa terhadap perusakan keindahan ruang publik adalah dengan melakukan gerakan pembersihan, pencopotan atribut caleg yang ditempel secara sembarangan. terutama di badan pohon.

di Banda Aceh, sepanjang jalan poster caleg seperti 'uroe raya siben' atau hari monyet. kesadaran para perupa Banda Aceh untuk turun menertibkannya adalah salahsatu tanggung jawab moral yang mesti dikemukakan dengan tindakan nyata.

mari bergerak!!!


bivak emperom, 2014