senirupa

Friday, January 24, 2014

Penyair bingung, Sastra berkabung.


@marxause
idrus bin harun
Puisi dihadirkan ke tengah kita saat segala sesuatu tak dapat lagi kita jangkau dengan logika-logika resmi. seorang penyair dengan tubuh ringkih dan nampak selalu waspada berlama-lama di tepi pantai ketika senja dengan mulus berganti kulit dengan malam.


dokumen komunitas kanot bu
Masalah demi masalah tetap datang seloyal senja membangkitkan gairah estetik kita meski pun minim rasa. solusi tak pernah mulus mengurai carut marut.

Orang-orang merayakan kekesalan dengan berdehem. katanya puitis. atau, sekelompok yang lainnya menggugat ini itu berdalih membela kebenaran. kebenaran tetap berganti baju setiap musim pemilu datang. pemilu sama estetisnya di tangan seorang politikus tingkat kecamatan yang mencari peruntungan dengan menjual diri di tiap simpang.

Sementara sebait syair masih nampak primitif dan begitu-begitu saja di tangan seorang penyair yang selalu menggugat keurbanan;. yang selalu mengait-ngaitkan romantisme sebagai sumber tak habis-habis. rindu pada masalalu adalah pakaian lusuh. seorang penyair yang kerap didaulat mendeklamasikan puisinya di tiap event kesenian tetap mengenakannya. "Puisi telah wafat!!" teriak sirasionalis. "Puisi menemui ajal paska lahirnya kelas orang kaya baru!" teriak kontraktor pemula.

Bagi sebagian orang, puisi belum mati. puisi masih sakral. benteng terakhir di tengah bejatnya moral. penyair boleh menjadi dewa bagi masyarakatnya. meski pun ia belum beranjak dari puisi-puisi asmara yang personal. membela diri sendiri saat dirundung sunyi setelah ditinggal pergi, atau kegirangan setelah kekasih orang berhasil ia rebut. puisi tunduk pada tuannya. bertekuk lutut pada keheningan.

Dalam hening yang disengaja-sengajakan, puisi ditulis. bersusah payah membangun suasana hingga subuh menjelang. kadang ilham datang saat hujan melambai-lambaikan tangan melalui tingkap kaca transparan. atau sengaja menyendiri biar dianggap profesional.

Di akhir tahun yang membanggakan, lahir antologi resmi. diluncurkan meriah. kesadaran kita memudar. karena tiap hari para politisi berhasil melucuti makna dari setiap kata-kata. penyair bingung, sastra berkabung.

Banda Aceh. 18092013