senirupa

Saturday, February 15, 2014

Agama Akhir Zaman, Partai


idrus bin harun
Damai tak akan pernah hadir ke rumah kita Aceh ini, selama kita masih membahasakan sesuatu dengan amarah. Partai bukan rumah kita sebenarnya, ingatlah! partai bukanlah tempat kita meneruskan hidup sampai kelak kita mencapai tujuan-tujuan politis dan ekonomi.Berpartai hanya sebagian kecil dari rutinitas yang setara dengan berak, bersenggama, sikat gigi atau ngopi pagi. berpartai dengan mati-matian tak akan membuatmu dijamin masuk Surga.


Maka, berpolitik dengan landasan egosentris hanya membuat kita makin selevel dengan 'cangguek di miyub bruek'. dalam damai yang sedikit pura-pura ini, kita hanya kebagian rasa takut ketika berhadapan dengan tetangga kiri-kanan. karena rasa curiga yang intimidatif kerap membuat kita kalap dan hilang akal. kita telah sampai pada pembatas antara 'awak jeh' dan 'awak tanyoe'. dan kita  tinggal menunggu waktu dua kutub itu dibenturkan secara hadap berhadapan. itu pun kalau kita tidak waspada dan lebih mementingkan kepentingan partai daripada keselamatan jiwa rakyat yang mendiami Aceh.

etika dan lemah lembut sudah lama mulai luntur dari jiwa kita agaknya. semenjak kita sering dielu-elukan orang sebagai bangsa gemar perang. tapi, benarkan demikian? kita tidak tahu dan jarang bisa mendefinisikan diri sendiri jika mudah kalap dan termakan hasutan.

ibaratnya begini, "ta tubiet saboh ruhung, ta meu glueng-glueng watee ka raya. lahe saboh yah, tameu plah-plah ikatan syedara." kita lahir dari keacehan yang dibangun tidak hanya dengan modal 'kreueh boh sapai'. tapi dilatari pikiran-pikiran jernih nan bijak. berbeda dengan kita sekarang, kita dengan hanya bermodal 'reugam boh soh, ta beureutoh peue nyang na'. 

begitulah kita sering membayangkan diri di tengah ketidaksiapan kita menerima keberbedaan. apa jadinya Aceh jika kondisi ini terus dipertahankan demi alasan ketenaran. apa jadinya juga Aceh jika kritikus-kritikus media sosial berkoar-koar terus sepanjang waktu seakan-akan Aceh dulunya dipegang oleh pemerintah yang berhasil membawa kemakmuran.


Aceh dengan orang-orang yang merasa diri kuat dan pintar namun cerewet, hanya menghasilkan kondisi sosial politik dan ekonomi serba galau. tepatnya digalaukan barisan anti pemerintah yang saban hari cari salah.

pelan-pelan kita semua menuju pada kondisi yang aneh sekali. bisa saja sampai pada kondisi dimana 'utak saboh reugam, pikeran hana', 'raya boh sapai, bangai peulara'.

semoga Aceh tidak demikian ke depan. semoga saja.

Bivak Emperom, 2014