senirupa

Friday, January 17, 2014

Kisah Spaghetti dari Aceh dan Legendanya

Ahyar Bohate

Mie Caluek dari Meureudu

di warung-warung kampung beratap rumbia dan meja panjang seadanya. kita bisa menikmati makanan nikmat nan pedas-pedas. salahsatu makanan yang disukai hampir semua kalangan yang sadar akan makanan olahan tangan-tangan terampil . yang meracik bumbu atau 'kuwah mie'  berdasarkan feeling dan kebiasaan.

ya, mie caluek adalah mie lidi yang terlebih dulu direbus matang. lalu diadukkan minyak goreng sampai merata (berdasarkan amatan selama tahunan di rumah sendiri).

mie caluek tidaklah dihidangkan semata-mata dengan bumbu kuwah pedas sahaja. ia mestilah kiranya dicampurkan dengan sayuran yang sudah direbus seperti kol, daun singkong, ditaburi daun bawang dan taburan kacang tanah yang sudah digiling setengah halus. atau kalau mau enak lagi, tambahkan kerupuk mulieng atau krupuk melinjo yang sangat mudah dicarikan di sepanjang daerah Pidie dan Pidie Jaya.

Mie Caluek tersedia di warung-warung pinggir jalan atau di kantin sekolah. dari SD sampai SMA. mungkin kalau di luar Aceh, Bakso. Wak Mulah, kami biasa menyapanya demikian, di SMA satu Meureudu, dia membuka kantin sudah mencapai puluhan tahun. entah berapa angkatan sudah menikmati mie caluek olahannya. semasa saya masih SMA, dia tidak lagi berjualan sendiri. ada 3 temannya berjualan serupa. Wak Mulah yang bernama lengkap Ramlah terkenal dengan keripik pisang yang dijual Rp, 500 kala itu. memesan satu piring mie caluek dan menaburi remasan kripik, wah itu incaran para siswa.

beda Wak Mulah, Beda pula Wak Suwah. beliau terkenal sebagai penjual mie caluek di SMP 1 Meureudu. mungkin, orang yang pernah mengenyam pendidikan menengah pertamanya di sana, kenal betul beliau. orangnya ramah dan sering memberi mie gratis pada jam terakhir bagi mereka yang bila ia lihat sedang pucat karena lapar. keripik pisang olahan Wak Suwah tidak kalah renyah dengan Wak Mulah punya. dua legenda ini hingga kini masih dinanti-nanti racikannya. Wak Suwah sudah almarhum. usaha mie calueknya dilanjutkan anak bungsunya. sementara Wak Mulah sakit-sakitan. ketika saya bertandang ke rumah Wak Mulah pada hari raya Idul Fitri kemarin, beliau terbaring diserang penyakit di ginjalnya.

di desa saya, Teupin Pukat, ada beberapa orang lagi yang terkenal dengan kuwah mie caluek. diantaranya, Wa Bah, Kak Yah, dan Wak saya sendiri, Wak Fau. mereka semua sudah pensiun dari dunia mie caluek. tinggal Kak Yah. yang lain sudah almarhum. sekarang, di kampung saya tinggal beberapa orang saja yang menjual mie caluek. oh iya, selain mereka di atas, ada dua orang legenda lagi yang berbeda kampung namun berjualan di SD 3 Meureudu. yaitu, Cek Bon. Cek Bon dan Syik Baren. dua legenda ini berasal dari desa Meunasah Beuringen, kecamatan Meurah Dua (dulunya Meureudu). 

Ahyar Bohate, salah satu mantan siswa dan bertempat tinggal di SD 3 Meureudu, yang kini berprofesi sebagai MC, pernah gandrung dengan mie caluek. sepengakuannya, setiap pagi, dia tak pernah absen memesan mie caluek Syik Baren sebagai ganti nasi. hingga bobot badannya menanjak melebihi anak usianya. " selain mie-nya enak dan gurih, Syik Baren dan Cek Bon orangnya mudah akrab dengan anak-anak. bahkan, sikapnya pada anak-anak melebihi guru." ujarnya.

semua legenda mie caluek di atas Ahyar kenal dan akrab dengan mereka. selain punya hubungan famili, legenda mie caluek termasuk orang yang mudah akrab. "Meunyoe wak mulah jatah pajoh mie uroe raya, meunyoe wak fau langganan pajoh mie pre dan pre ngen boh meuriya dan boh seutuy,meunyoe wabah langganan pajoh mie caluek watee cet uroe aleuh hek meu'en tim dan aneuk guli,nyoe wak suwah langganan mie caluek jampu ngen bakwan lam tiep puasa" ungkapnya. 

Ahyar Bohate ingat benar, Wak Fau jadi tempat ia makan mie gratis ketika tidak ada jajan. Wak Fau yang berjualan di dekat lapangan PDI (kebetulan di sana ada rumah pemuda dengan bendera PDI di jendelanya).  lapangan PDI ini jadi pusat berkumpul anak-anak kala itu.  Ahyar, selepas bermain kelereng sering mampir di sana untuk minta mie gratis. dengan bekal famili, jadilah Ahyar makan gratis makanan kesukaannya dengan lahap.  


gara-gara doyan mie caluek, tanpa sepengetahuan ibunya, Ahyar sampai ngutang sama Syik Baren dan Cek Bon. sampai-sampai mamaknya dipanggil oleh syik baren dan cek bon.  "tapi yang bayar selalu mamak di awal bulan"  ujar Ahyar tertawa. mamak Ahyar kebetulan guru di SD 3. semua urusan utang mie caluek lunas lancar. untuk urusan nagih utang, seperti pengakuan Ahyar, Cek Bon paling cakap. dengan suaranya yang kecil dan parau, Cek Bon lansung memanggil anak-anak ke jamboe mie calueknya.

"mamak yang hari itu mau belanja ke pasar, dipanggil Cek Bon. Cek Bon bilang, Ahyar dimutang mie caluek. terpaksa mamak korbankan jatah belanja hari itu demi hobi anak kesayangan, hahahhaha" ujar Ahyar tertawa lebar. mengingat hal itu, Ahyar sering tertawa sendiri

namun, mie caluek tidak hanya satu bentuk. di Pidie, tepatnya di Grong-grong mie calueknya beda lagi. berkuah kacang dan mienya tidak terbuat dari mie lidi. tapi mie yang digoreng seperti mie Aceh kemudian dicampur kuwah  kacang.

daripada Spaghetti, mie caluek jauh lebih nikmat. itu menurut saya.

Bivak Emperom. 18 Agustus 2011