senirupa

Sunday, October 17, 2010

mendung di awal Oktober



(PWT)

Jangan lagi
Yang menghilang di akhir bulan bukan serupa bayang dalam gelap.
Hanya selembar rindu yang melayang tak mencapai dahan.
Gerimis kembali, bagai surat lama yang diantar penuh airmata
Adakah ini sebuah obituary?

Jangan lagi
Inilah kelakar tidak lucu, saat mendung bergelayut di bingkai matamu. Saat Oktober benar-benar tak kompromi.
Apa guna sajak, kalau kita tak bisa rebah dibuatnya. Kau kembalikan kidung asmara pada nadanya, kau lantunkan kembali lagu kanak-kanak di musim hujan. Dan lengan senja pun tak sanggup menjangkaumu dari dekapku.

Aku heran, mengapa kita ciptakan sajak mati-matian. Tanpa menghasilkan satu danau tenang. Lalu senja memerah seperti daun luruh satu persatu di tepi rasa.

Kalau pun harus pergi, aku tak ingin kau menyendiri. Memainkan violin bernada duka. Dari rengkuhmu malam itu, aku bangunkan kembali rumah baru buat kita, seperti janji-janji palsu dan dongeng pengantar tidur. Aku tau airmata amat berharga. Buat melicinkan jalan kita bersama.

Jangan lagi
Seteguk kopi mengantarkan aku pada lubang yang sama, menganga dan menunggu aku ceroboh. Saat itu aku ingin ada yang menggerutu tentang kita, tentang jalan panjang dan sial yang kita buang 30 kilometer dari trotoar tempat kau ditikam.

Lalu, kenapa tak jua asmara yang kita lahirkan, kau mesti mengandung dulu anak haram dari puisi yang kita kaji di warung kopi..

Awal oktober 2010