senirupa

Sunday, January 12, 2014

gambus dan Kenangan Akan Ibu

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhZSqhpLo8bNhD4NEb-L2oU74XNth_fTiNv54mZR9HlqxmLCmKU1SZHOIWep7mSyFvfkK9qfeDakylS5pbb1MH0g9m0p9x0gLo4OGwHkamyj14zy_H8SL-T19fh9uz1oS81NJy_jbUYaph/s400/jamil.jpeg

inilah Qasidah lama yang hingga sekarang masih terngiang di telinga saya.dulu untuk orang seumuran ibu saya, Qasidah ini sangat akrab. ibu saya sering menyanyikan lagu ini dahulu ketika sedang menganyam tikar. ibu sangat menyukai lagu-lagu Qasidah. dari Nur Asiah Jamil sampai Asmidar Darwis.


entah kenapa, saya juga tertular 'virus' Qasidah. walau dulu tidak tahu di mana letak kenikmatan mendengar lagu-lagu tersebut. setelah dewasa dan mempunyai jaringan internet sendiri dan browse web untuk mendownload semua lagu itu, saya dengan merdeka menikmati semua detail kenikmatan akan lagu-lagu itu.

saya tidak akan menambahkan lirik teks lagu indung-indung ini, karena di videonya sudah ada. hanya saja saya anggap dan layak saya tulis sedikit lagu, ini karena pola liriknya seperti pantun yang akrab dengan masyarakat nusantara. lagu ini membawa pesan yang mudah dicerna oleh anak-anak bahwa menjadi manusia itu meskipun bagaimana keadaannya, kalau tidak shalat dan puasa, di kubur pasti akan disiksa. bagi anak-anak, alam kubur itu sangat mengerikan jika dibayangkan mungkin. namun dalam lagu ini hanya dikatakan sebatas disiksa tanpa mencantumkan jenis siksaan yang diterima.

bagaimana pun, kenangan akan ibulah yang melekatkan saya dengan lagu ini. bukan hanya ibu barangkali, termasuk orang-orang yang dulu masih ada di sekitar saya. dan lagu ini salah satu pengobat kerinduan akan kehadiran mereka walau dalam bentuk bayang-bayang semua semata. saya senang dan terobati.

dan sekarang dengan makin dewasa dan bertemu dengan banyak orang, kecintaan dengan lagu-lagu gambus itu makin kuat setelah bertemu dengan teman saya fuadi. fuady syukri namanya. ayah beliau dahulunya pemain gambus di kampung kami. fuadi ternyata mengoleksi kaset hampir semua kaset gambus yang malah tidak saya tahu. dari situ makin bertambah pula koleksi gambus mp3 saya. senang saya. walau kemunculan musik-musik kontemporer sekarang, rasanya saya malah masih suka teracuni gambus-gambus ini. dibandingkan dengan lagu-lagu sekarang yang entah bagaimana sudah itu.

gambus seolah mendekatkan saya dengan ibu yang sudah lama pergi. setiap untaian lirik seakan beraroma ibu, setiap liukan tempo seakan suara ibu bergema. ibu adalah gambus yang tak akan habis untuk didengarkan. semoga beliau mendapat tempat yang teduh di sana. amin

idrus Bin Harun