senirupa

Sunday, January 12, 2014

Kota berdalih, Kampung Melawan

digital painting.13H
memanen kenangan dari lumpur
adalah masa lalu yang lunak
kita akan selalu di sini
memarkirkan lelah berkali-kali

dalam mata ibu yang sayu
kita tak tahu harus mengucapkan apa
mungkin semacam salam perpisahan
atau semacam lambaian bagi jiwa yang lunglai

sawah adalah ibu dari kehidupan
bernafas di antara kicau burung-burung kecil
kampung kita adalah ranjang
mengistirahatkan diri dari sesal

kota adalah dalih
kita berkata bahwa tahu segala
bermukim sendiri-sendiri di balik tembok
mengunci ingatan dengan ribuan gembok

rumah kita punya kenangan tersendiri
berwarna pucat dan kadang kehilangan semangat
rumah tempat riwayat ayah tuliskan
tempat adik belajar merawat ingat

kampung kita melewati zaman dengan nafas patah-patah
di dindingnya kita tahu ada bermacam kejenakaan
lelucon resmi atau tidak bukan masalah besar
yang pasti di sana kita tau ada banyak hal:
rentetan M16 sampai politikus kesetanan
percikan sperma sampai cumbu terlarang
kampung kita adalah nisan yang kita rawat keberadaannya

kita mesti memugar ini!
memberinya ruang bagi perkembangan
karena kampung adalah moyang peradaban
dan dalam rahimnya kita mampu berbahasa dengan baik
mengabarkan trauma atau memaki pimpinan

nanti, ketika padi sudah mulai menguning
dan rentenir sudah tidak berdaya lagi
kita mesti bangkit melawan

melawan perusahaan pengembang
yang membangun perumahan
di atas lahan dan perut ibu kita

kita orang kampung
maka kita mencintai kekerasan
atas nama kebenaran.


Meureudu. 30 April 2012