senirupa

Friday, December 13, 2013

Aceh dalam Selera Sejarah

pensil on A4 idrus bin harun
inilah tanah tempat segala pertengkaran ideologi diselesaikan dengan tabi'at politik tarik ulur. tanah tempat masalalu dan masadepan diaduk dalam secawan pikiran. lalu kita menenggaknya ketika keadaan kian rumit. 

di headline koran pagi, aroma provokasi kian memenuhi kepala kita melebihi gaji bulanan.
warta-warta harian kita paksakan lewat kerongkongan sebelum kopi. kewarasan tak pernah kita miliki secara permanen. karena janji-janji politik tetap mengekalkan diri dalam memori overloaded.  


begitulah. jika kau ke sana suatu ketika, selain menikmati harumnya secawan kopi, kau juga bisa menikmati bekas-bekas sejarah yang melintang sepanjang zaman. sejarah yang sesekali merubah bentuknya dalam beragam wujud. kami menyebutnya 'selera sejarah'. di mana antara keinginan dan kepentingan leluasa bermain.

bagi kami, sejarah tak ubahnya kokok ayam di pagi hari, membangunkan kami namun tak jarang tertidur lagi.

masalalu seperti seorang ibu yang melahirkan catatan panjang tentang perlawanan, khianat, penentang kekuasaan. maka, zaman menjadikan kepala kami'singet siblah' setelah suara bedil dan air raya datang berkabar, meninggalkan selera sejarah tersendiri yang patut untuk direnungkan.

Aceh, dari rindu dan benci kami sering berbagi hikmah, mengekalkan 'keuneubah' (peninggalan) dalam hati yang rawan. aceh yang mencintai kami dengan bau tanahnya, tempat pusara orang-orang tercinta terdekap. aceh yang suatu hari nanti bisa kau temui dalam buku sejarah yang kerap diselewengkan. atau tak disebut-sebut samasekali..

(akhir 2010.18desember)