senirupa

Sunday, December 22, 2013

Ekonomi Kreatif Modal Doa

geulanceng. produk kreatif aceh

semua orang bisa kreatif walau tanpa membaca buku motivasi kreatif, kreatif sampai mati. ambil contoh ibu bapak kita di kampung sana, yang walau buta huruf karena tak makan sekolah, tapi kreatif bukan main.
gimana tidak kreatif? kalau seandainya mereka tidak kreatif, kita sudah dari dulu mati kelaparan dan bodoh karena tidak sanggup dinafkahi plus disekolahkan. ini sih logika sederhana. kalau mau ribet dan memusingkan, bikin saja logika sendiri.


19 Desember yang lalu, bertempat di stone kopi Ulee Lheue, dilansungkan acara "pengembangan ekonomi kreatif di Aceh" dalam rangkaian acara peringatan sembilan Tahun Tsunami Aceh. dalam acara tersebut,  pakar ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Dr Iskandar Madjid mengatakan kira-kira begini;" Bicara kreatif tapi masih meminta uang pemerintah, itu bukan kreatif."

saya salah satu peserta dalam acara yang kebetulan menghadirkan kadisbudpar Banda Aceh, Reza Fahlevi, DR Iskandar Madjid, dan dua orang lain yang tidak saya kenal.  ketika sesi tanya-jawab, saya menyarankan ke pemateri, sesudah acara seminar ini agar sesegera mungkin pemerintah yang dalam hal ini Disbudpar, untuk mendata komunitas kreatif di Banda Aceh dan menyuntikkan dana untuk produksi hasil kreatifitas yang kebanyakan dilakukan kaum muda urban. dominan karya kreatif itu dalam bentuk kaos, buku indie, media massa online, pengusaha wisata hingga usaha cafe gaul.

kembali ke statemen pak dosen, saya memandang meminta uang pada pemerintah, memanipulasi uang pemerintah, korupsi, olah proposal hingga makan hak rakyat secara legal demi prosedur juga membutuhkan kreatifitas yang tak sekedarnya. koruptor yang dicaci maki segenap orang di negeri ini adalah monster yang naluri kreatifnya melampaui sesiapa saja. seniman hingga guru yang pola pengajarannya menyenangkan, semua lewat. oh iya, selain yang saya sebutkan di atas, ada kaum yang lebih kreatif lagi; pengemis.maaf saya lupa.

yang menarik malah seorang seniman yang mati-matian bergelut dengan kreatifitas tidak mendapatkan keuntungan apa-apa selain sanjungan dan ucapan selamat. sementara, seorang koruptor, manipulator mendapatkan banyak hal. masuk TV, pemasukan lancar, dibela pengacara hingga masuk bui dengan segala kemewahannya. ironi teramat biasa untuk kita perbincangkan terlalu mendalam. selain bosan, juga capek ngetik soal beginian. 

kreatif saja juga tidak cukup. begitu kira-kira sering kita dengar. dibutuhkan media untuk menerapkan kreatifitas sehingga menghasilkan sesuatu. 'sesuatu' itu tak akan jadi jika tanpa disokong dana untuk menhadirkan media penghasil sesuatu.

cukup dimodali semangat dan doa dari pemerintah? hahahha...