senirupa

Monday, December 9, 2013

Guru dan Gaung Bergema Dunia Maya


kerana sebagian besar guru-guru era orde baru yang masih aktif tidak memiliki akun apa-apa di dunia maya, maka mereka tidak tahu gaung apa saja sedang bergema. penolakan UN, sistem birokrasi pendidikan yang kacau, penerimaan guru yang sembarangan. informasi yang sampai ke mereka sudah melalui saringan 'radio meu igoe'.



maka,pengurusan administrasi pun masih diantar dengan mekanisme konvensional dalam bentuk hard copy. sebegitu moderennya sudah sistem komunikasi dewasa ini, lembaga yang membidangi pendidikan masih amat mengandalkan sistem kuno. dan guru menerima saja. asal tidak diusik gaji bulanan. 


kiamat Edukasi kian mendekat. Aceh sebagai wilayah ekslusif harus diselamatkan dari sistem berpikir birokrat usang. guru-gurunya mesti diwajibkan memiliki akun fb dan twitter. agar terbuka komunikasi dengan dunia luar dan berinteraksi dengan sesama pendidik di belahan dunia lain. 

)dulu ketika masih baru buat akun FB, saya secara pribadi yang suka nulis puisi sering nge-tag para penyair yang namanya saya dapatkan di antologi puisi. saya tidak tahu hal demikian akan mengganggu kenyamanan mereka. dan tentu saja, sebagai penyair yang sudah mengangkasa namanya melewati tiang bendera, mereka pastilah enggan menekan tombol 'like', apalagi mengomentari puisi penyair pemula. 

maklum saja. saya histeris sendiri dengan kemudahan berinteraksi dengan penyair terkenal. ternyata, hal demikian saya sadari kemudian 'sungguh terlaluu'. selain menyesali dan meminta maaf, saya juga senang pernah menciptakan ketidaknyamanan bagi mereka. hehehe...(

demikian juga dengan guru, saya kira, mereka mestilah membuka diri (bagi yang belum bermukim di dunia maya, ya). ini penting dan direkomendasi oleh dinas. karena, saya dengar-dengar dari rekan-rekan guru, sekolah memberi laptop untuk dibawa pulang oleh guru ke rumah. walau pinjaman, bisalah digunakan untuk hal-hal yang mendatangkan keuntungan edukasi. pencarian bahan ajar dan lain-lain.

bayangkan juga, sebagian anggota dewan juga masih nganggap FB buang-buang waktu. sementara, selevel Abdullah Saleh dengan jantan menerima dicerca dan dipuji oleh 'pemukim fesbuk', lansung di dinding pribadi. namun, itu bukan masalah baginya. sebagai anggota dewan di era munafik ini, ia tau betul berada di tengah 'pemukim fesbuk' adalah kesiapan lahir batin digebuk rame-rame. ini konsekwensi.

bayangkan lagi, jika guru-guru kita dapat berinteraksi dengan muridnya atau katakanlah sebagai 'pengawas' dunia maya siswa-siswinya, pastilah menyehatkan bagi guru murid. kalau pun ada guru yang larut dalam perfesbukan, itu urusan lain. 

sama sekali  tidak hendak meremehkan kemampuan guru era orde baru yang juga berjasa buka mata kita dan punya kemampuan lebih dalam metode pengajaran. ini hanya sekedar uneg-uneg setelah sekian lama tidak aktif ngajar. demikian.

diolah dari status fb saya, desember 2013