senirupa

Tuesday, December 10, 2013

Google, Simesin Pencari Erotis


Di sekolah kami dulu, guru yang mampu mengoperasikan komputer 3 orang. Yang masih belajar dan punya komitmen untuk terus belajar 1 orang. Padahal sekolah kami di ujung Barat Banda Aceh. tidak jauh-jauh amat dari kota. keadaan yang selalu dikeluhkan guru tentang jarak sekolah dengan kota menghambat benar dalam pengembangan pendidikan. padahal tidak selamanya demikian.letak geografis tak selamanya menjadikan guru lantas tidak bisa mengembangkan diri. misalkan dengan menimbun buku pengetahuan bagi dirinya, menciptakan pola pengajaran berbasis lokal dan lain-lain. semua tergantung kemauan. selebihnya inisiasi. begitu menurut saya.


karena revolusi sistem birokrasi tidak berjalan semestinya, Pengiriman segala berkas administrasi ke diknas selalu dalam bentuk hardcopy dan habis waktu antar mengantar. ini buang-buang waktu percuma saya kira. guru masih melakukan pendataan secara manual. kadangkala juga membuat rencana pembelajaran masih tulis tangan. parahnya diisi dengan pensil. biar semester depan bisa dihapus. begitu menurut amatan saya beberapa tahun lalu. mungkin saja sekarang terjadi revolusi digitalisasi radikal. mungkin,ya!

Dengan menjamurnya warnet games, murid-murid menjadi akrab dengan komputer. Tidak disangka, seorang guru pernah belajar dengan siswa kami dasar-dasar mengoperasikan komputer; menghidupkan dan mematikan. Simurid yang ketika itu kelas V, sudah akrab dengan blog edukasi ketika mencari materi pelajaran IPA. Kami hanya mengandalkan 4 unit komputer dan satu modem smartfren dipakai bergantian.

Di dalam kelas, saya pernah tanyakan siapa yang pernah gunakan internet untuk melihat gambar-gambar erotis? (tentu tidak menggunakan kata 'erotis'. selain kurang sedap, juga mana ngerti anak-anak).


Semua diam dan saling pandang. Saya janji untuk tidak ngasih hukuman bagi yang pernah melakukan hal demikian.
 "saya serius!" kata saya. 
Kelas masih saja hening.
"jujur gak ada?" tanya saya penasaran.
"jujur paak!" jawab mereka serentak
"baiklah" gumam saya.

Tapi, di belakang seorang siswa angkat tangan. 

"saya pernah pak!"
"di mana kamu lihat?"
"di warnet,pak"
"kok bisa?"
"saya ketik di gugel, payudara terbesar di dunia. Keluar terus semua gambarnya"
"hmmm...!" dengus saya tak percaya. Kelas hening dan tegang. Siswa perempuan menunduk semua.
"tidak mengapa. Yang penting dia sudah jujur. Pelajaran kita lanjutken!" kata saya. antara tidak percaya dan merasa bersalah telah menanyakan hal-hal tidak patut, saya juga tidak tahu harus bagaimana. melarang, memberi hukuman? semua rasanya tidak mungkin. karena, ketika siswa berada di rumah, tangan saya tak mampu menjangkau ke sana.


Kelas kembali riuh.


(saya olah kembali dari status fesbuk desember 2013. kejadian ini sendiri terjadi ketika saya masih menjadi walikelas V SDN 48 Banda Aceh. hehehe)