http://www.citizenjurnalism.com/wp-content/uploads/2012/03/pln.jpg |
Zaman ketika laki-laki
masih tabu melirik terlalu lama terhadap anak dara orang kini sudah tiada.
Orang menuju pasar dengan mengendarai sepeda atau jalan kaki sudah menjadi
kenangan yang enggan untuk diingat-ingat oleh mereka yang pernah menjalaninya.
Dalam sekejap mata segala sesuatu menemui ajalnya tanpa ampun. Tak lagi ada adik-adik
kita menghafal huruf Arab selepas magrib dengan suara nyaring meski pun hanya
diterangi panyót cilót temaram.
Begitulah akhirnya
kita sampai kepada kesimpulan yang kita reka-reka sendiri. Bahwa kita amat
tidak sanggup seandainya dikembalikan ke zaman dahulu. Manakala ke kamar mandi
harus menimba air dalam sumur atau nyemplung ke sungai yang kita tidak tahu ada
atau tidaknya buaya pemangsa manusia. Atau harus ke pasar dengan jalan kaki
hanya untuk membeli cabe yang kelupaan di daftar belanja sehari-hari. Bahkan
bagaimana mungkin kita harus tidur dalam kamar pengap tanpa pendingin ruangan?
Bahkan untuk memasak nasi harus dengan sabar menunggu mengatur api agar tidak
terlalu panas yang bisa menyebabkan nasi yang kita tanak menjadi arang.
Syukur kita terdampar
di zaman modern dengan perangkat teknologi begitu rupa. Ibu-ibu rumah tangga
tak harus bersusah payah berdiam di dapur hanya untuk menunggu nasi matang
dengan sempurna. PLN mengaliri kita arusnya. Dan kita pun menggunakan penanak
nasi elektrik. Akhirnya kita bisa menikmati infotainment tanpa terganggu urusan
memasak. PLN amat berjasa mengurangi beban kita dalam segala hal.
Jasa-jasa PLN itu tidak
gratis tentu saja. kita dituntut belajar untuk disiplin sedisiplin tentara
berbaris. Teratur dan tanpa cela. Kita diwajibkan membayar saat jatuh tempo. Kehadiran
listrik pintar juga demikian. Tak ada arus tanpa pengisian pulsa pra bayar. PLN
menjadikan kita hamba-hamba taat peraturan.
Menjadi hamba PLN terkadang
siap untuk kecewa dan siap pula untuk bersenang ria karena tak lagi harus
membicarakan soal-soal penting dalam gelap gulita. Yang oleh sebagian orang
sebut rapat gelap. Katakanlah rapat membahas saluran pembuangan rumah yang
sumbat. Bergembira ria di bawah terang cahaya juga demikian menyenangkan. Tak
ada lagi tersuruk ke lobang jalan hanya gara-gara tak ada penerang.
Setiap zaman bahkan
mempunyai kebosanan tersendiri. Bisa dibayangkan bagaimana membosankan harus
selalu berada dalam ruangan ber-AC, buang hajat di jamban yang serba duduk dan
minum dari dispenser yang dipanaskan listrik. Maka kehadiran PLN dalam
pemadamannya adalah bonus sehari-hari di tengah rasa bosan menghinggapi. Bosan
pada acara televisi, stress dengan deru kipas angin yang hembusannya
begitu-begitusaja, hingga bahkan tak sanggup menahan suhu AC yang dinginnya
selalu semu.
PLN juga menjadikan istri-istri kita di rumah yang kurang kerjaan
untuk sejenak melupakan kasus kawin cerai selebriti di Jakarta. Atau terbawa
sedih dengan telenovela yang membanjiri ruang keluarga kita saat jam tayang
special.
2013