senirupa

Thursday, May 1, 2014

Fuady, Aceh dan Seniman yang Tidur


Dalam sebuah diskusi kecil dengan vokalis Seungkak Malam Seulanyan, Fuady Bin Syukri Sulaiman, ia berprinsip bahwa bermusik untuk ketenaran instan bukanlah tujuan yang hendak ia capai. walau sisi estetika dan artistiknya tetap dipertahankan demi tujuan dalam melahirkan karya-karya yang mutu meninggi, meluas makna-meminjam istilah LEKRA.
fuadi bin syukri sulaiman


Lebih dari itu, ia berprinsip bahwa musik yang mereka lahirkan hanya sebagai alat kesenian untuk mencapai tujuan yang jauh dari sekedar musik yang enak didengar dan dihafal. tujuan-tujuan itu akan terlihat kelak saat sejauh mana lirik-lirik lagu mereka mampu menyadarkan penikmat tentang kondisi Aceh (khususnya) yang mereka suarakan.

"ketika seorang pelukis, musisi,sastrawan dan penyair melihat kondisi Aceh yang carut-marut, sungguh tidak 'sopan' jika membiarkan saja kecarutmarutan itu berlalu. tanpa termanifeskan dalam karya mereka. seniman itu ibarat akar pohon. dia tidak menyerap dari atas. tapi menyerap dari bawah. artinya, seniman itu harus mewakili suara masyarakat bawah. karena, suara kita di gedung dewan sudah dibisukan oleh tindakan politisi" ujarnya.

Bagi Fuadi, Seungkak Malam Seulanyan memfokuskan diri pada jalur bermusik yang mengetengahkan ketakberesan kondisi sosial bersebab aktor-aktor pemangku pemerintahan lalai dengan saling rebut kuasa. hal ini diungkap dengan manis dalam lagu meuseunoh tanoh; ..ureueng tuha gabuek keudroe, tansopako Aceh binasa.  kekinian Aceh dengan keberadaan partai lokal menjadikan atmosfer perpolitikan mendidih dibandingkan dengan kondisi politik Indonesia secara umum. rivalitas dua partai lokal yang berujung pada saling hantam dan saling memusnahkan itu menjadikan rakyat Aceh kehilangan tempat untuk mengadukan keluh kesah. karena antara dua rival partai itu sama-sama menguasai jalan politik Aceh paskadamai.

Permasalahan yang timbul selanjutnya tentu bisa ditebak. kesengsaraan demi kesengsaraan rakyat kian bertambah. penyerobotan tanah, penguasaan hutan oleh sejumlah perusahaan hingga ambruknya sumber-sumber ekonomi rakyat akibat ketakberpihakan pemerintah dalam menjaga kedaulatan sumber rejeki.

Bagi Seungkak Malam Seulanyan, kondisi ini jika dipertahankan terus menerus akan menciptakan skeptis dari rakyat. akibatnya, seperti terungkap dalam lirik  Dialogia Lampoh Jeurat (silahkan didownload gratis!) berikut; ...Adak miseue Aceh nyoe lampoh jeurat. leueh ta duek pakat tanoh ta peugala...

Rakyat yang dibiarkan luntang-lantung tanpa perhatian pemerintah akan menggelindingkan kekecewaan. kekecewaan itu berujung pada sikap tak mau tahu dan tak ambil pusing. jika sudah begitu, Aceh hanya akan jadi kenang-kenangan yang sesekali melintas ketika generasi sekarang menua.

Aceh di mata Seungkak Malam Seulanyan adalah lelucon yang terlalu getir untuk ditertawakan. juga amat mungkin ditertawakan walau dalam kegetiran perjalanannya. 

lebih dari itu di mata Fuadi seniman itu harus punya kesadaran dalam berkarya. karena, kebanyakan seniman sekarang hanya menghasilkan angan-angan belaka. kenapa?

"karena mereka berkarya dalam keadaan 'tertidur'. mahasiswa juga 'tidur'. politisi apalagi. bahkan dalam berjalan pun, kita seperti 'tidur'. kita seolah menutup mata dengan kenyataan sekitar" ungkapnya menutup pembicaraan.