a) Dia selalu bersajak ketika malam, wajahnya cemberut perut mual. Seisi kepalanya bising, bagai jalan-jalan kota besar. kalimat dikumpulkan penuh pemaknaan rumit.ia duduk menengadah mengembalikan kata sesuai makna. Di sampingnya aku tertidur menggigau; “adakah sebait kata untuk kita perkosa?”
Lalu kami berlayar jauh ke muara siang.
b) “Puisi tak laku dijual” mertuaku mengingatkan
Atau Pemerintah akan menandai jidat lebarmu sebagai si celaka yang kerap mengejeknya.
Pulanglah ke rumah ibumu yang telah tiada, bawa semua alat tulis
Penuhi dinding rumahmu dengan damprat tak senang.
Tak ada yang larang. Keadaan semakin rumit, harga-harga melambung jauh lebih tinggi dari dari harga diri. Maka jangan coba berpuisi di rumah kami. Dilemparinya aku dengan sandal
c) Seseorang menanyakan sesuatu yang sifatnya rahasia, aku tak mampu menjawab, diam seperti keledai jinak. tentang kebijaksanaan atau sejenisnya. Aku tak begitu mengerti jalan hidup beserta cita-cita meraih kesuksesan. Yang aku tau aku sedang menjamu tamu dan tak berniat memberinya beberapa peringatan atau anjuran segar.
aku hanya merekam apa-apa yang baik bila sedang bertukar pikiran. Karena keterbatasan pengetahuan, maka aku masih saja kelihatan besar mulut, omong besar. Karena rutin ke warung kopi hanya untuk happy-happy.
d) Dia terlena di depan Televisi. Nguap, badannya pegal-pegal. Sinetron-sinetron lokal dikunyah pelan-pelan demi sensasi visual. Logika ia sangkutkan di luar pagar, dikipas-kipas angin malam.
Televisi mengabarkan hal-hal ringan, Semacam obrolan sex tengah malam atau membicarakan aib orang
e) Selamat terbius,
Akhir November 2009. Idrus bin harun