senirupa

Saturday, December 7, 2013

Gampong Pineung dan Riwayat Pucat



selera datang ke sini
menjulurkan lidahnya sambil berkacak pinggang
memuji rumah-rumah  megah yang disembunyikan pemiliknya
dari orang-orang berumah gubuk di Lampaseh sana

saat angin lembab berhenti di muka rumah
bau lumpur menguap
seperti kenangan yang jarang diungkap

Gampong Pineung merobek-robek  almanak di dinding waktu
membuang muka dari kekeliruan
sambil membetulkan rak-rak ingatan yang penuh pujian

sekali waktu, harus ada yang dikenangkan di sini
tentang  persoalan-persoalan kecil, mengenai
pohon kelapa yang kehabisan napas di antara anak-anak main sepakbola
atau tentang teriakan perempuan dari dalam kamar saat sedang berdandan
saat kehilangan cermin memoles wajah tirusnya
dan sore memerah di tingkap lantai dua

di Gampong Pineung, riwayat demi riwayat
terlihat pucat tanpa makna

GP, 25 Desember 2010, jam 17.45 wib.