senirupa

Sunday, December 8, 2013

seorang guru di depan teller Bank

http://sahrulh.wordpress.com/2010/06/01/

orang-orang pulang
setelah membaca papan pengumuman
matahari memacak atap kantor
amarah tiba-tiba berubah
menjadi kado perpisahan

kertas-kertas laporan keuangan
tak mengucapkan apa-apa

selain menggerutu dan garuk-garuk kepala

untuk menenangkan diri
aku bersiul

tanda girang
kucandai teller bank

kubukabuka buku tabungan
aku ingat ibu
yang setia memberi jajan

di luar macet seperti buku-buku perpustakaan
yang berserak tak dibaca

aku ingat penyair
yang menyuruhku merobek langit
manakala marah
yang memberiku amaran mengutuk ketidakpastian

syair tidak seperti uang yang bebas melenggang seperti nyonya besar
memamerkan gelang dan cincin
sementara syair lebih banyak memamerkan giginya yang tumpul
dan jarang disikatkan

uang begitu akrab
meski demikian, ia tetap pilihpilih kawan
tergantung daftar dari dinas pendidikan

begitupun, kota makin condong ke barat
yang pulang dengan segepok duit akan terkekeh
balanja ini itu atau mencicil gengsi di restoran

dompetku menjerit, seperti sirene ambulance
meraungraung dengan beberapa lembar uang kertas
seperti obituary berbahasa singkat
tibatiba semua pengap
pesing  keluar dari mesin penghitung uang
nanah meleleh dari muka teller bank
semua menjadi tidak cantik
karena aku tak jadi mengantongi uang


5 0ktober 2010.