senirupa

Wednesday, April 22, 2015

Lelucon Melelahkan Aceh-Jakarta



karikatur Muzakir Manaf ini karya Iswadi Basri. perupa muda Aceh. Muzakir adalah wakil gubernur Aceh kini. beliau juga mantan panglima GAM paska meninggalnya Abdullah Syafi'i.
berpasangan dengan Zaini Abdullah, pemerintah ZIKIR adalah pemerintahan kedua GAM setelah Irwandi Yusuf. mereka menguasai Aceh melalui Pilkada yang menguras banyak energi rakyat dan mesin politiknya. energi yang seharusnya disimpan untuk membangun Aceh ke depan agar tidak lagi mengulang apa yang menurut pemerintah awak GAM di masa lalu, gagal.
Dalam karikatur ini, terlihat Muzakir menatap tajam seperti
membuang pandangan dari dua tiang bendera; bendera GAM dan Indonesia. konflik regulasi antara Indonesia-Aceh menyangkut butir-butir turunan UUPA belum sepenuhnya dijalankan karena terganjal perundangan di atasnya, sepertinya ditangkap Iswadi sebagai langkah awal merumuskan raut Muzakir Manaf. Iswadi melihat masalah ini tetap dalam konteks serius. sehingga ketinggian tiang dibuat berbeda salah satunya.
Muzakir sebagai wakil penguasa Aceh memiliki tanggung jawab besar meskipun menuntut waktu lama dan meletihkan. walau dalam pandangan seniman, urusan lobi tingkat tinggi tetap diibaratkan sebagai lelucon politik dengan tarik ulurnya yang menyita energi.
karya Iswadi ini seperti menangkap keletihan pemerintah Aceh dalam meyakinkan Jakarta. apalagi Rezim SBY tinggal menghitung hari. sementara, wakil rakyat di parlemen Aceh juga hampir tamat namun UUPA masih mengganjal jalannya otoritas Aceh dalam menjalankan otonomi penuh. isyarat berkurangnya energi Aceh dalam lobi politik tersurat dari saling sandar jari Muzakir dan selonjoran kaki menyilang pertanda melepas lelah.
kita tak tahu bagaimana ke depan nasib Aceh di tangan duo GAM ini. berharap pada energi baru parlemen Aceh nanti juga tidak sepenuhnya salah. lantaran, tidak semua politikus di sana memainkan politik 'piké keu pruet droe'. namun, semua itu hanya waktu yang akan menjawab. karena di negeri kita, politikus masih jadi lahan mata pencaharian yang tidak jauh beda seperti menjadi PNS; semua orang berebut dan mengantri.