senirupa

Wednesday, July 22, 2015

Malam di Sigli

pencil on papers.  by me n my wife

singgah di dadamu yang berkerut
saat malam semaput dalam remangnya
kami, seperti melayani kantuk bulan Juli yang alpa dipuisikan

lampu jalan bersujud dalam aroma kentut
kerikil-kerikil bertasbih dengan cara sendiri
pohon-pohon mengamini doa politisi
dengan berkantong-kantong janji

mungkin, dari Tangse angin mengamuk
mengirimkan sinyal buruk
mempertanyakan jembatan ambruk


dalam sebotol soft drink
Sigli mendadak dingin
berbait-bait puisi luput dikirim
sebab Jabal Ghafur terlanjur mengering

Jabal Ghafur terbaring
di keningnya luka belum kering
beberapa orang berlelucon
dengan kejenakaan tingkat rendah
tentang memintarkan generasi
dengan memungut uang sebanyak-banyaknya

bangkai-bangkai perang bersaksi
hingga jauh ke pedalaman
bersimpuh setelah perang
mencatat kehilangan dengan tinta damai

dari Geulumpang Minyeuk bendera dikibarkan
dalam udara membosankan
lalu, Laweueng menundukkan pandangan
mengingat kembali rentetan
dan beberapa tubuh terkulai

namun, Sigli tak lagi menggigil karena takut
setelah diberi selimut
 dan malam terus larut